" Assalammu'alaikum Wr. Wb. "

" Assalammu'alaikum Wr. Wb. "..." Segala Puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam. Shalawat serta salam selalu tercurah keharibaan Rasululloh SAW, keluarganya, para sahabatnya, dan umatnya hingga akhir jaman. Salam Sejahtera dari Keluarga Besar Puji Setiyono " " Semoga Allah selalu mencurahkan kepada Kita Rahmat, Taufiq, Hidayah, Karunia dan Rejeki-NYA serta meningkatkan Iman Taqwa dan Ibadah serta memberi jalan yang terang. " " Bagi yang saat ini sedang sakit semoga segera sembuh, bagi yang sedang dalam kesulitan, semoga segera memperoleh jalan keluar terbaik, lepas dari kesulitannya ". " Tiada yang lebih Indah di Dunia ini selain Jalinan Persaudaraan dan Kasih Sayang, Terimalah blooger (Jalan Menuju Sukses Dunia & Akhirat) Puji Setiyono' ini sebagai Tanda Kasih Sayang dan Jalinan Persaudaraan Kami untukmu Wahai Saudaraku. " " Semoga dengan membaca isi blooger ini, memperoleh khazanah Ilmu yang bermanfaat untuk Dunia dan Akhirat, karena dengan mambacalah, Hikmah itu terkuak, yang kemudian Kita amalkan untuk menuai berbagai Kebajikan dan Kemuliaan disisi Allah SWT. " " Yaa Allah, Anugerahkanlah kepada Kami Ilmu-MU, Rejeki-MU,RahkmatMu, yang tiada habis2nya dan berguna untuk Kehidupan Kami di Dunia ini menuju Syurga-MU, ……“”Amiin””……

Selasa, 20 Juli 2010

"Kiat Sukses: Semua Menjadi Kecil"

Kiat Sukses: Semua Menjadi Kecil
Sebuah artikel yang cukup menarik yang membahas tentang mengangungkan Allah dan semuanya menjadi kecil. Hanya Allah yang Mahabesar, yang lain kecil. Tentu saja kenyataan ini akan memberikan suatu mindset kepada kita yang akan menjadi landasan kita dalam menjalani hidup.
Dalam artikel diatas (silahkan baca), dijelaskan bagaimana mengagungkan Allah akan menjadi bekal hidup kita. Dunia akan terlihat begitu kecil. Tidak ada lagi yang perlu ditakuti di dunia ini karena semuanya begitu kecil, ditambah lagi dengan kenyataan kalau hidup di dunia ini adalah fana.
Saat kita melihat bahwa dunia ini kecil, penglihatan ini akan menjadi bekal kita dalam meraih sukses dunia akhirat. Ada dua hal yang perlu kita sadari.
Pertama. Dunia begitu kecil memberikan peringatan bagi kita, bahwa kita jangan HANYA mencari dunia saja. Dunia tidak ada artinya jika dibandingkan dengan kehidupan akhirat. Sungguh, sebuah kerugian besar jika kita HANYA konsentrasi untuk dunia saja. Kita perlu memiliki visi sukses dunia akhirat.
Mengapa saya menulis kata “HANYA” dengan huruf besar? Ini sebagai penekanan bahwa yang tidak boleh itu adalah kita HANYA memiliki tujuan dunia saja. Namun jika kita memiliki tujuan dunia (tanpa hanya), itu adalah boleh bahkan harus selama dalam rangka meraih tujuan akhirat.
Kedua. Saat kita melihat dunia begitu kecil, bukan berarti kita harus menjauhi dunia. Justru harus memberikan motivasi tersendiri bagi kita bahwa untuk mendapatkan dunia itu adalah mudah. Jika kita merasa sulit mendapatkan dunia, artinya ada masalah dengan diri kita. Bukan dunia yang besar, tetapi diri kita yang terlalu kecil dibanding dunia.
Melihat dunia yang “kecil” artinya kita memiliki pikiran yang besar. Kita memiliki pikiran yang positif tentang meraih keberhasilan dunia. Orang yang berpikiran positif tidak akan pernah mengatkan bahwa untuk meraih keberhasilan dunia ini berat atau sulit. Jika kita masih melihat bahwa untuk meraih keberhasilan itu sangat sulit, artinya kita perlu membenahi pikiran kita.
Orang yang berpikiran positif akan memiliki suatu pola pikir: “Jika Allah yang Mahabesar menghendaki, tidak ada yang tidak mungkin. Semuanya kecil dimata Allah. Semuanya mudah dimata Allah.”
Tentu saja, ada kunci untuk mendapatkan kebesaran Allah ini, yaitu setelah kita menggantungkan semua pertolongan dan perlindungan kepada Allah semata. Katakanlah:
“Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung”. (QS. Ali Imran: 173)

"Kesuksesan Manusia"

Kesuksesan Manusia
Hari ini saya bertemu dengan teman Leting saya di kantor, dia menceritakan tentang keberhasilan seseorang yang masih muda, dan umurnya tidak jauh dari aku. Orang ini sukses meraih sertifikasi jaringan computer sampai keluar negeri, mendengar kesuksesan orang itu aku menjadi terpikir bahwa aku juga harus bisa seperti dirinya. Sejenak aku mengingat semua pekerjaanku setelah aku menamatkan kuliah ku dari sebuah Universitas Respati Indonesia, Fakultas Ekonomi Manajemen tak terasa aku sudah berumur hampir 29 tahun dan sudah hampir Lima tahun aku menjalani hari-hariku sebagai TNI AL, Selama ini aku melihat perjalannanku dengan membandingkannya terhadap dua hal yaitu : kesuksesan dan kegagalan orang lain. Satu hal yang sering menyesatkan hidup ini adalah apabila kita membuat orang itu menjadi sumber iri hati dan rasa sombong. Dalam hidup ini kita harus membuat visi dan misi serta strategi yang jelas, semua itu kita peroleh akibat pengaruh lingkungan kepada kita. Hidup tanpa visi dan misi serta strategi yang jelas hanya akan menimbulkan “penyesalan hidup”, penyesalan hidup ini timbul karena dalam menjalani hidup ini karena nafas dan jiwa tidak sejalan. Saya mengatakan nafas dan jiwa tidak sejalan karena dalam melangkah untuk menjalani hari-hari akan ditentukan oleh rasa yang bergejolak dalam hidup, rasa yang timbul itu adalah rasa tidak senang akan orang lain.
Hampir 29 tahun hidup di dunia ini, visi dan misi yang dibuat strategiku mulai jelas. Hal inilah yang sering membuat aku dipengaruhi oleh lingkungan, dimana aku ingin menyaingi yang tua, dan disisi yang lain aku sudah dilewati yang muda. Terkadang saya menyibukkan diri dengan belajar yang lebih tinggi atau teknologi yang baru, Dalam hidup ini saya berusaha menghargai waktu, dimana saya punya rencana setiap akan melangkah, kebanyakan hari-hariku ditentukan oleh Hati nurani untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt. Memohon petunjuk jalan yang benar jalan yang diridoi oleh Allah Swt Untuk meraih kesuksesan dunia dan akherat.
Aku memiliki cita-cita untuk menjadi seorang Yang bisa membahagiakan kedua orang tuaku , Istri dan anak-anaku sampai sekarang aku masih belum tahu dengan pasti kenapa aku menjadi TNI AL, hal yang pasti inilah yang disebut dengan “Kesuksesan”. Saya teringat dengan drama yang pernah saya mainkan dengan teman-teman saya, judul yang kami ambil adalah “Aku adalah nahkoda hidupku”, seperti yang kita ketahui bahwa nahkoda itu adalah yang menentukan kemana kapal berlayar. Sama dengan kehidupan, tubuh ini adalah ibarat kapal, jiwa adalah nahkoda, dan lingkungan adalah laut luas. Coba kita bayangkan jika nahkoda tidak punya rencana akan kapalnya, maka terdapat tiga hal yang terjadi, yaitu :
1.kapal tetap berada di dermaga
Hal ini disebabkan oleh rasa takut dan malas. Dalam hidup ini sering sekali kita berada dalam hal ini, sehingga kita tidak punya cita-cita.
2. kapal terombang-ambing dilautan
Punya keberanian untuk mencoba, tetapi visi, misi, dan strategi tidak jelas sehingga anginlah yang membawa kapal kemana bergerak. Hal ini sangat sering terjadi dalam hidup ini dimana kita bekerja atas pengaruh lingkungan, dan bukan karena visi yang dibuat.
3.kapal sampai ke tujuan
Orang yang punya visi, misi, dan strategi yang jelas sehingga apapun rintangannya akan dihadapi sebagai sebuah “pembelajaran hidup”. Kesalahan kita yang sering kita lakukan adalah marah atas sebuah kesalahan, seharusnya kita harus belajar dari “kesalahan kita dan kesalahan orang lain”.
Jadi apabila ada diantara kita yang sering menyesali hidupnya, mulailah berubah dengan cara membuat visi, misi, dan startegi yang jelas. Lawan yang paling berat dalam menjalani hidup ini adalah diri kita sendiri, begitu jiwa yang memberontak ini bisa ditenangkan maka hidup ini akan bahagia dan terhindar dari rasa kawatir dan takut.

Kamis, 15 Juli 2010

“Sebait Puisi Dari IBU Tercinta, IBU Tercayang”

“Sebait Puisi Dari IBU Tercinta, IBU Tercayang”

Anakku...

Bila ibu boleh memilih
Apakah ibu berbadan langsing atau berbadan besar
karena mengandungmu

Maka ibu akan memilih mengandungmu !!

Karena dalam mengandungmu ibu merasakan keajaiban dan
kebesaran Allah
Sembilan bulan nak...
Engkau hidup di perut ibu
Engkau ikut kemanapun ibu pergi
Engkau ikut merasakan ketika jantung ibu berdetak
karena kebahagiaan
Engkau menendang rahim ibu ketika engkau merasa tidak
nyaman, karena ibu kecewa dan berurai air mata

Anakku...
Bila ibu boleh memilih untuk ibu berjuang melahirkanmu
Maka ibu memilih berjuang melahirkanmu !!
Karena menunggu dari jam ke jam, menit ke menit
kelahiranmu
Adalah seperti menunggu antrian memasuki salah satu
pintu surga
Karena kedahsyatan perjuanganmu untuk mencari jalan ke
luar ke dunia sangat ibu rasakan

Dan saat itulah kebesaran Allah menyelimuti kita
berdua , Malaikat tersenyum diantara peluh dan erangan rasa
sakit, Yang tak pernah bisa ibu ceritakan kepada siapapun
Dan ketika engkau hadir, tangismu memecah dunia
Saat itulah...
saat paling membahagiakan
Segala sakit & derita sirna melihat dirimu yang merah,



Anakku...

Bila ibu boleh memilih apakah ibu berdada indah, atau
harus bangun tengah malam untuk menyusuimu,

Maka ibu memilih menyusuimu,!!

Karena dengan menyusuimu ibu telah membekali hidupmu
dengan tetesan-tetesan dan tegukan tegukan yang sangat
berharga
Merasakan kehangatan bibir dan badanmu didada ibu
dalam kantuk ibu,
Adalah sebuah rasa luar biasa yang orang lain tidak
bisa rasakan

Anakku...

Bila ibu boleh memilih duduk berlama-lama di ruang
rapat

Atau duduk di lantai menemanimu menempelkan puzzle
Maka ibu memilih bermain puzzle denganmu
Tetapi anakku...
Hidup memang pilihan...
Jika dengan pilihan ibu, engkau merasa sepi dan merana

Maka maafkanlah nak...
Maafkan ibu...
Maafkan ibu...

Percayalah nak, ibu sedang menyempurnakan puzzle
kehidupan kita,
Agar tidak ada satu kepingpun bagian puzzle kehidupan
kita yang hilang
Percayalah nak...
Sepi dan ranamu adalah sebagian duka ibu

Percayalah nak...

Engkau adalah selalu menjadi belahan nyawa ibu...

Hanya tulisan ini yang bisa ayah berikan untukmu nak..Supaya Kau mengerti Betapa Ikhlasnya,Hebatnya perjuangan seorang IBU…

UNTUK ANAKKU TERCINTA...

UNTUK ANAKKU TERCINTA..
”Salsabila Nadhifah Putri”

Engkau yang masih putih
Bagai tebaran kapas
Yang belum tau arti sedih
Belum juga pernah terhempas

Ayah selalu berdoa untukmu
Untuk sopan dan berbudi
Dalam menapaki masa depanmu
Dan beribadah sehari-hari

Ayah selalu risau dalam duka
Akan kehidupan ini
Yang semakin jauh dari norma agama
Kehidupan semakin jauh atas Allah yang Suci

Anakku yang beragama
Hiduplah dalam bimbingan Illahi
Jangan lupa Berbakti Kepada Orang tua,
beribadah,Berdo’a, belajar dan bekerja
Untuk kehidupanmu yang kita damba

Selamatlah di dunia
selamatlah di akherat
Selalu bahagia
Hidup bermartabat

"Salsabila Nadhifah Putri"

"Anakku Tersayang….Salsabila Nadhifah Putri"

Anakku...
Kehadiranmu membawa arti baru dalam hidupku
Senyumanmu menyemangati hidup Ayahmu ini
Hari-hariku kini menjadi berarti
Engkau pelipur dalam Duka

Anakku..
Jadilah Insan yang Solehah
Bantu Ayahmu mengapai Surga
Ilhami ayah dengan senyum polosmu

Anakku...
Saat indah bersama...
Tertawa lepas...
Ayah Rindu...
Akan Sapaanmu yang Lembut
Kau Menanti Ayah Pulang
Di Pintu Depan Engkau Menunggu
Tapi Kini...
Ayah Jauh disisi
Di TNI AL Ayah Mengabdi
Sambil Menimba ilmu
Mengabdi pada Negara dan Menimba ilmu
Bekal Buat anakku...
Kenangan bersamamu pengobat Rindu
Ayah Tampilkan agar Dunia Tahu
Engkau adalah anakku

Ayah kangen Jauh Darimu….

“Do’a pun akhirnya memiliki nama”

“Do’a pun akhirnya memiliki nama”

Anakku tersayang,…..
Meskipun orang-orang di kota tempat engkau dilahirkan berkata
apalah arti sebuah nama.
Ayah melihatnya dari sudut pandang berbeda, dari asal kita, dari Timur
di mana kita yakin bahwa nama adalah doa bahkan sebuah harapan yang abadi.

Anakku tersayang,…..
Tahukah engkau bahwa tidaklah mudah merangkai doa terbaik
yang akan engkau panggul sepanjang hidup bahkan setelah itu?

Anakku tersayang,…..
Ayah berdoa semoga engkau menjadi seorang yang senantiasa Beriman dan Bertakwa Kepada Allah Swt, dan selalu diJalan yang Benar Jalan Yang DiRidoi Allah Swt
Ayah berdoa semoga engkau jadi seorang yang sangat cerdas, Kreatif, Jenius, dan sangat produktif
semoga pula engkau bersemboyan "tiada hari tanpa karya nyata" dalam akal dan hatimu.
Ayah berdoa semoga engkau berani menegakkan kebenaran walau di hadapan penguasa lalim
karena pada saat itu lah "syurga merindukanmu, wahai jiwa yang tenang!"

Anakku tersayang…..,
Tahukah engkau bahwa penyantun adalah nama panggilan leluhurmu
darinya darah mulia mengalir dalam nadimu yang mempesona?
Ayah pun berdoa semoga engkau benar-benar memiliki kebaikan hati
berkat itu engkau mampu menghilangkan derita mereka

Anakku tersayang,…..
Tahukah engkau bahwa menjadi orang fakir sangatlah menyedihkan, melelahkan dan menyakitkan
sampai kita pun berharap semoga engkau selalu bawa keberuntungan dan menjadi kaya?
Ingatlah, jadi kaya dalam arti sebenarnya tidaklah mudah dan sesederhana
seperti yang kita bayangkan dalam dongeng pengantar lelapmu.


Anakku tersayang……,
Ayah berdoa semoga engkau selalu menjadi orang yang benar-benar terpuji
yang selalu membawa kehormatan dan kejayaan keluarga besar kita.
Engkaulah yang akan menyandang namaku layaknya doa terbaik penuh harapan
sejak kelahiranmu sampai dunia hancur, luluh lantak, kiamat dan akhirnya tercipta kembali.

Anakku tersayang,
Doa pun akhirnya memiliki nama !
“Salsabila Nadhifah Putri”

Rabu, 14 Juli 2010

**3 Langkah Menjadi Manusia Terbaik**

**3 Langkah Menjadi Manusia Terbaik**

Ada hadits pendek namun sarat makna dikutip Imam Suyuthi dalam bukunya Al-Jami’ush Shaghir. Bunyinya, “Khairun naasi anfa’uhum linnaas.” Terjemahan bebasnya: sebaik-baik manusia adalah siapa yang paling banyak bermanfaat bagi orang lain.
Derajat hadits ini menurut Imam Suyuthi tergolong hadits hasan. Syeikh Nasiruddin Al-Bani dalam bukunya Shahihul Jami’ush Shagir sependapat dengan penilaian Suyuthi.
Adalah aksioma bahwa manusia itu makhluk sosial. Tak ada yang bisa membantah. Tidak ada satu orangpun yang bisa hidup sendiri. Semua saling berketergantungan. Saling membutuhkan.
Karena saling membutuhkan, pola hubungan seseorang dengan orang lain adalah untuk saling mengambil manfaat. Ada yang memberi jasa dan ada yang mendapat jasa. Si pemberi jasa mendapat imbalan dan penerima jasa mendapat manfaat. Itulah pola hubungan yang lazim. Adil.
Jika ada orang yang mengambil terlalu banyak manfaat dari orang lain dengan pengorbanan yang amat minim, naluri kita akan mengatakan itu tidak adil. Orang itu telah berlaku curang. Dan kita akan mengatakan seseorang berbuat jahat ketika mengambil banyak manfaat untuk dirinya sendiri dengan cara yang curang dan melanggar hak orang lain.
Begitulah hati sanubari kita, selalu menginginkan pola hubungan yang saling ridho dalam mengambil manfaat dari satu sama lain. Jiwa kita akan senang dengan orang yang mengambil manfaat bagi dirinya dengan cara yang baik. Kita anggap seburuk-buruk manusia orang yang mengambil manfaat banyak dari diri kita dengan cara yang salah. Apakah itu menipu, mencuri, dan mengambil paksa, bahkan dengan kekerasan.
Namun yang luar biasa adalah orang lebih banyak memberi dari mengambil manfaat dalam berhubungan dengan orang lain. Orang yang seperti ini kita sebut orang yang terbaik di antara kita. Dermawan. Ikhlas. Tanpa pamrih. Tidak punya vested interes.
Orang yang selalu menebar kebaikan dan memberi manfaat bagi orang lain adalah sebaik-baik manusia. Kenapa Rasulullah saw. menyebut seperti itu? Setidaknya ada empat alasan. Pertama, karena ia dicintai Allah swt. Rasulullah saw. pernah bersabda yang bunyinya kurang lebih, orang yang paling dicintai Allah adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain. Siapakah yang lebih baik dari orang yang dicintai Allah?
Alasan kedua, karena ia melakukan amal yang terbaik. Kaidah usul fiqih menyebutkan bahwa kebaikan yang amalnya dirasakan orang lain lebih bermanfaat ketimbang yang manfaatnya dirasakan oleh diri sendiri. Apalagi jika spektrumnya lebih luas lagi. Amal itu bisa menyebabkan orang seluruh negeri merasakan manfaatnya. Karena itu tak heran jika para sahabat ketika ingin melakukan suatu kebaikan bertanya kepada Rasulullah, amal apa yang paling afdhol untuk dikerjakan. Ketika musim kemarau dan masyarakat kesulitan air, Rasulullah berkata membuat sumur adalah amal yang paling utama. Saat seseorang ingin berjihad sementara ia punya ibu yang sudah sepuh dan tidak ada yang merawat, Rasulullah menyebut berbakti kepada si ibu adalah amal yang paling utama bagi orang itu.
Ketiga, karena ia melakukan kebaikan yang sangat besar pahalanya. Berbuat sesuatu untuk orang lain besar pahalanya. Bahkan Rasulullah saw. berkata, “Seandainya aku berjalan bersama saudaraku untuk memenuhi suatu kebutuhannya, maka itu lebih aku cintai daripada I;tikaf sebulan di masjidku ini.” (Thabrani). Subhanallah.
Keempat, memberi manfaat kepada orang lain tanpa pamrih, mengundang kesaksian dan pujian orang yang beriman. Allah swt. mengikuti persangkaan hambanya. Ketika orang menilai diri kita adalah orang yang baik, maka Allah swt. menggolongkan kita ke dalam golongan hambanya yang baik-baik.
Pernah suatu ketika lewat orang membawa jenazah untuk diantar ke kuburnya. Para sahabat menyebut-nyebut orang itu sebagai orang yang tidak baik. Kemudian lewat lagi orang-orang membawa jenazah lain untuk diantar ke kuburnya. Para sahabat menyebut-nyebut kebaikan si mayit. Rasulullah saw. membenarkan. Seperti itu jugalah Allah swt. Karena itu di surat At-Taubah ayat 105, Allah swt. menyuruh Rasulullah saw. untuk memerintahkan kita, orang beriman, untuk beramal sebaik-baiknya amal agar Allah, Rasul, dan orang beriman menilai amal-amal kita. Di hari akhir, Rasul dan orang-orang beriman akan menjadi saksi di hadapan Allah bahwa kita seperti yang mereka saksikan di dunia.
Untuk bisa menjadi orang yang banyak memberi manfaat kepada orang lain, kita perlu menyiapkan beberapa hal dalam diri kita. Pertama, tingkatkan derajat keimanan kita kepada Allah swt. Sebab, amal tanpa pamrih adalah amal yang hanya mengharap ridho kepada Allah. Kita tidak meminta balasan dari manusia, cukup dari Allah swt. saja balasannya. Ketika iman kita tipis terkikis, tak mungkin kita akan bisa beramal ikhlas Lillahi Ta’ala.
Ketika iman kita memuncak kepada Allah swt., segala amal untuk memberi manfaat bagi orang lain menjadi ringan dilakukan. Bilal bin Rabah bukanlah orang kaya. Ia hidup miskin. Namun kepadanya, Rasulullah saw. memerintahkan untuk bersedekah. Sebab, sedekah tidak membuat rezeki berkurang. Begitu kata Rasulullah saw. Bilal mengimani janji Rasulullah saw. itu. Ia tidak ragu untuk bersedekah dengan apa yang dimiliki dalam keadaan sesulit apapun.


Kedua, untuk bisa memberi manfaat yang banyak kepada orang lain tanpa pamrih, kita harus mengikis habis sifat egois dan rasa serakah terhadap materi dari diri kita. Allah swt. memberi contoh kaum Anshor. Lihat surat Al-Hasyr ayat 9. Merekalah sebaik-baik manusia. Memberikan semua yang mereka butuhkan untuk saudara mereka kaum Muhajirin. Bahkan, ketika kaum Muhajirin telah mapan secara financial, tidak terbetik di hati mereka untuk meminta kembali apa yang pernah mereka beri.
Yang ketiga, tanamkan dalam diri kita logika bahwa sisa harta yang ada pada diri kita adalah yang telah diberikan kepada orang lain. Bukan yang ada dalam genggaman kita. Logika ini diajarkan oleh Rasulullah saw. kepada kita. Suatu ketika Rasulullah saw. menyembelih kambing. Beliau memerintahkan seorang sahabat untuk menyedekahkan daging kambing itu. Setelah dibagi-bagi, Rasulullah saw. bertanya, berapa yang tersisa. Sahabat itu menjawab, hanya tinggal sepotong paha. Rasulullah saw. mengoreksi jawaban sahabat itu. Yang tersisa bagi kita adalah apa yang telah dibagikan.
Begitulah. Yang tersisa adalah yang telah dibagikan. Itulah milik kita yang hakiki karena kekal menjadi tabungan kita di akhirat. Sementara, daging paha yang belum dibagikan hanya akan menjadi sampah jika busuk tidak sempat kita manfaatkan, atau menjadi kotoran ketika kita makan. Begitulah harta kita. Jika kita tidak memanfaatkannya untuk beramal, maka tidak akan menjadi milik kita selamanya. Harta itu akan habis lapuk karena waktu, hilang karena kematian kita, dan selalu menjadi intaian ahli waris kita. Maka tak heran jika dalam sejarah kita melihat bahwa para sahabat dan salafussaleh enteng saja menginfakkan uang yang mereka miliki. Sampai sampai tidak terpikirkan untuk menyisakan barang sedirham pun untuk diri mereka sendiri.
Keempat, kita akan mudah memberi manfaat tanpa pamrih kepada orang lain jika dibenak kita ada pemahaman bahwa sebagaimana kita memperlakukan seperti itu jugalah kita akan diperlakukan. Jika kita memuliakan tamu, maka seperti itu jugalah yang akan kita dapat ketika bertamu. Ketika kita pelit ke tetangga, maka sikap seperti itu jugalah yang kita dari tetangga kita.
Kelima, untuk bisa memberi, tentu Anda harus memiliki sesuatu untuk diberi. Kumpulkan bekal apapun bentuknya, apakah itu finansial, pikiran, tenaga, waktu, dan perhatian. Jika kita punya air, kita bisa memberi minum orang yang harus. Jika punya ilmu, kita bisa mengajarkan orang yang tidak tahu. Ketika kita sehat, kita bisa membantu beban seorang nenek yang menjinjing tak besar. Luangkan waktu untuk bersosialisasi, dengan begitu kita bisa hadir untuk orang-orang di sekitar kita.
Mudah-muhan yang sedikit ini bisa menginspirasi.

**Mutiara Untuk Bunda**

**Mutiara Untuk Bunda**

BUNDA…apakah yang sebenarnya engkau harapkan dari kami, anak-anakmu ? Ingatkah dulu ketika tingkah laku kami menguji kesabaranmu, kata-kata yang selalu terucap dari bibirmu di awali dengan kata semoga ?
Sadarkah engkau jika kata semoga yang terucap itu menjadi doa ? Kini kami telah menjadi seseorang yang sesuai dengan kata semogamu, tapi mengapa seolah engkau lupa dengan harapan itu ? Seringkali engkau ceritakan keberhasilan yang dicapai anak dari teman-teman atau kenalanmu seolah ajang perbandingan bagi kami.
Bukankah ungkapan populer seperti barangsiapa yang menanam maka ia pula yang akan menuai, bisa menjadi suatu pelajaran; bahwa seseorang akan memperoleh hasil sesuai dengan apa yang ia usahakan. Begitu banyak contoh nyata yang berbicara, seorang anak terbentuk dari hasil kebiasaan, doa dan harapan kedua orangtuanya.
Ada kisah seorang anak yang ketika dewasanya berhasil menjadi jenderal disebabkan semasa kecilnya sering disirami harapan berupa ucapan dari sang ibu, semoga nanti kamu menjadi jenderal. Ada anak yang tumbuh dewasa berhasil dalam hal materi, ada yang sukses berkarir dan menduduki jabatan tertentu, ada juga yang sukses dalam mencapai religiusitas kehidupannya. Tentu saja keberhasilan tersebut tidak terlepas dari kehendak Allah Swt yang Maha berkuasa atas segala sesuatu.
Bunda, apakah sebenarnya yang engkau harapkan dari kami, anak-anakmu ? Masih lekat dalam ingatan kami, kenangan berharga dari masa kecil yang kini menemani kehidupan dewasa kami. Bagaimana dulu bunda selalu menceritakan kisah-kisah hikmah para Nabi sebagai pengantar tidur, menanamkan nilai-nilai kebaikan, dan mencontohkan kebiasaan beribadah kepada Allah Swt. Kami belajar tentang kemuliaan hidup dengan ketaatan kepada-Nya.
Bunda, apakah engkau menginginkan kami memiliki keberhasilan seperti kebanyakan orang ? berlimpah kemewahan dunia yang kemudian dikatakan banyak orang sebagai keberuntungan hidup tapi miskin ruhaninya. Menampakkan kemegahan dalam harta benda dan penampilannya namun lupa menampakkan rasa syukur kepada yang telah memberikannya (Allah Swt) dalam perilaku hidup kesehariannya.
Bukankah kesenangan hidup adalah hal yang dipergilirkan oleh Allah di dunia ? Itulah tabiat kehidupan yang sebenarnya, jika kita menjadikan Al Qur’an sebagai pedoman hidup kita. Hanya kenikmatan hidup yang diiringi dengan ketaatan kepada Allah sajalah yang akan bertahan lama dan selalu bertambah. Mengapa harus bersusah payah memikirkan dunia ? Tenanglah bunda, semua berjalan sesuai dengan takdir yang sudah ditetapkan oleh-Nya. Itulah pelajaran yang kami dapat di bawah naungan bimbingan bunda.
Bunda, ibadah kami, kecintaan kami terhadap ilmu dan agama adalah hasil dari kebiasaan hidup yang kami serap darimu. Begitulah cara engkau membesarkan kami. Demikianlah kami tumbuh dan dewasa. Bunda, sadarilah ini sebagai keberhasilan bunda dalam mendidik kami yang merupakan realisasi dari hadist Rasulullah, bahwa surga itu berada di bawah telapak kaki (didikkan) para ibu. Inilah kemuliaan bagimu, tidakkah bunda merasa puas dan bahagia ?
Keberhasilan dan kemuliaan bunda dalam membesarkan kami tidak diukur dari sekedar kemewahan harta benda, begitu pula dengan keberuntungan hidup kami. Kita memiliki keyakinan akan kenikmatan negeri akhirat. Relakah bunda menukar segala kenikmatan surga dengan kenikmatan dunia yang diibaratkan Rasulullah sebagai gundukkan sampah ?
Bunda, jangan menangis…maafkan kami, jika kami belum lah sesempurna doa dan harapan bunda. Untukmu, kupintakan doa kepada yang Maha memiliki segala sesuatu yang ada di bumi dan di langit. Semoga Allah Swt menghapus kesedihanmu dan berkenan memberikan apa yang bunda inginkan terhadap kami…Agar bunda bahagia dan termasuk kedalam golongan hamba-hamba Allah yang mensyukuri nikmat-Nya.
Semoga Allah menyelamatkanmu dari terjangkitnya penyakit cinta dunia yang kini membutakan kebanyakan hati para orangtua dan tidak termasuk kedalam golongan orang-orang yang ingkar terhadap nikmat Allah, karena seburuk-buruk tempat kembali mereka adalah neraka.

Ya, Allah…Engkaulah zat yang Maha mendengar dan mengabulkan permohonan setiap hamba yang meminta kepada-Mu. Perkenankanlah doa kami, sebagai rasa syukur kami kepada-Mu dan sebagai rasa terima kasih kami kepada bunda yang telah mendidik kami mengenal ketaatan dan kecintaan terhadap-Mu.
“Ya, Allah. Ampunilah dosa kami dan dosa kedua orangtua kami serta sayangilah keduanya seperti mereka menyayangi kami sewaktu kami kecil”. (QS. Al Israa’, ayat 24). Ya, Allah…Jadikanlah kecintaan kami kepada-Mu, kepada ilmu dan agama sebagai kemuliaan dan mutiara untuk bunda, di dunia dan di akhirat, amin.***

Selasa, 13 Juli 2010

**KITA HANYA MUSAFIR LEWAT**

**KITA HANYA MUSAFIR LEWAT**

"Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu,

kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali,

kemudian kepada-Nyalah kamu dikembalikan”

(Qs. Al-Baqarah [2] : 28)
Ketahuilah sahabat, bahwa kehidupan dunia ini hanyalah persinggahan sebentar dalam perjalanan panjang menuju keabadian. Kita hanyalah musafir yang sedang menempuh perjalanan menuju negeri yang pasti dan abadi. Rasulullah berpesan kepada kita : “Jadilah dirimu di dunia ini seperti orang-orang asing atau seorang musafir ! “ (HR. Ahmad, Buchari, At-tarmidzi dan Ibnu Hibban). Dr. Yusuf Al-Qaradhawi menasehati kita lewat bukunya “Al-Waqti Fi Hayati Muslim” (waktu dalam kehidupan muslim) Sesungguhnya berlalunya masa dan berputarnya siang dan malam bagi seorang: muslim tidak boleh dibiarkan tanpa mengambil pelajaran dirinya. Paling tidak, ia memikirkan kalau memang belum dapat mengambil pelajaran darinya. Sadarilah bahwa setiap waktu berjalan terjadi seribu satu macam kejadian, dari yang dapat kita lihat sampai yang tidak dapat kita lihat.
Sahabat, Tidak dapat kita bantah bahwa manusia dengan fitrahnya senang akan kehidupan yang baik dan juga mengharapkan usia yang panjang. Bahkan kalau bisa, kita ingin hidup selama-lamanya. Namun tidak dapat kita sangkal bahwa menginginkan kehidupan yang kekal di dunia adalah kemustahilan, sebab dunia yang sifatnya temporer ini satu saat akan hancur bersama dengan semua yang ada di dalamnya. Manusia dibatasi dengan kematian sebagai akhir suatu perjalanan atau batas kehidupan yang pasti tejadi dan tidak bisa ditolaknya. Kematian adalah akhir dari perjalanan kehidupan dunia yang fana dan pintu gerbang kehidupan yang kekal, yaitu akhirat. Rasulullah saw. mengajarkan kepada kita agar selalu menyadari tentang kesementaraan kehidupan dunia ini. Dunia hanyalah tempat mengumpulkan bekal, agar kelak kita diterima Allah sebagai tamu yang baik dan ditempatkan pada tempat yang baik pula. Umur dunia sangat pendek, terlebih umur kita. Jangankan dibandingkan dengan lamanya waktu di akhirat, dibandingkan dengan waktu di dalam kubur saja, tentu tidak ada sekejapnya. Di sisi lain, kesementaraan hidup di dunia juga digambarkan oleh rasulullah saw. Dalam sabdanya : “Dunia (hanyalah berumur) tujuh harinya hari-hari akhirat” (HR. Ad-Dailami).
Jika umur dunia semenjak diciptakan hingga dihancurkan (kiamat) kelak hanya sebanding dengan tujuh harinya hari-hari akhirat, maka akan tergambarkan oleh kita bahwa umur kita tidak ada satu detikpun dari hari-hari akhirat. Jikalau kita mau menggunakan akal sehat dan berpikir sejenak tentang hakekat hidup di dunia ini, niscaya selain waktunya sangat sementara dan hanya satu kali, juga akan kita sadari bahwa kehidupan kita yang sangat sementara dan satu kali itu menjadi faktor penentu bahagia–sengsaranya kita dalam menjalani kehidupan yang sesungguhnya di akhirat kelak. Akhirat adalah kehidupan pasca dunia yang teramat panjang, dan panjang tak terkirakan. Ketahuilah, Kematian bukanlah perjalanan akhir bagi kehidupan sebenarnya, tetapi hanya merupakan tempat singgah (transit). Kematian itu sebenarnya hanya merupakan perpindahan dari satu norma ke norma yang lain. Kematian adalah suatu tanda bahwa kehidupan masa uji coba manusia telah selesai. Ketika hidup di dunia manusia dihadapkan pada pilihan-pilihan yang menjadi cobaan dan ujian baginya. Namun ketika kematian datang, selesailah kesempatan untuk memilih. Pada fase baru ini manusia dipaksa untuk meyakinkan dirinya bahwa ia mati. Pada saat inilah ia dapat melihat malaikat maut dan alam Allah yang sebelumnya terhijab (tertutup). Disebutkan dalam firman Allah : “Sesungguhnya kamu berada dalam kehidupan lalai dari (hal) ini, maka kami singkapkan dari padamu tutup (yang menutupi) matamu, maka penglihatanmu pada hari yang amat tajam”. (Qs. Qaaf [50] : 22) . Ketika berada di alam substansi (dzar) dulu, kita pernah mengalami kematian. Setelah itu kita ke dunia menjadi makhluk hidup, dan tidak lama kemudian kita akan mengalami kematian lagi. Selanjutnya kita akan dibangkitkan, sebagaimana disebutkan dalam Al-qur’an : “Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nyalah kamu dikembalikan” (Qs. Al-Baqarah [2] : 28)
Ketahuilah, Pasca di dunia masih ada alam kubur, Pasca alam kubur masih ada kiamat dan hari kebangkitan. Pasca kebangkitan masih ada alam padang mahsyar (mauqif) dan penimbangan amal (yaumul hisab). Pasca yaumul hisab masih ada kehidupan yang tidak terkirakan lamanya dan tidak mengenal batas akhir, yakni syurga atau neraka. Pada saat itu sejarah kemanusiaan sudah usai dan perjalanan telah berakhir dengan pasti. Yang terbentang dihadapan manusia saat itu adalah era kehidupan syurga atau neraka.

Kamis, 08 Juli 2010

**RENUNGAN BESARNYA JASA IBU**

**RENUNGAN BESARNYA JASA IBU**


Setelah baca RENUNGAN ini,..... anda pasti akan meneteskan air mata
Berapa besarkah kita sdh membalas kebaikan Ibunda tercinta.......??
JAWABNYA ...Tanyakan pada dirimu sendiri...!!!
Kalau mau menangis menangislah........
Menangislash sekencang kencangnya ...
Agar lepas beban didalam dada....
Kalaulah itu bisa menentuk pintu hatimu
Segeralah minta maaf ke Ibunda
Jika selama ini Anda telah melupakannya........


SEMOGA BERMANFAAT BAGI ANDA
YG TELAH LUPA SAMA ASI…


RENUNGAN BESARNYA JASA IBU

Apa yang paling dinanti seorang wanita yang baru saja menikah ?
Sudah pasti jawabannya adalah : k-e-h-a-m-i-l-a-n.
Seberapa jauh pun jalan yang harus ditempuh, Seberat apa pun langkah
yang mesti diayun, Seberapa lama pun waktu yang harus dijalani, Tak
kenal menyerah demi mendapatkan satu kepastian dari seorang bidan:
p-o-s-i-t-i-f.
Meski berat, tak ada yang membuatnya mampu bertahan hidup kecuali
benih dalam kandungannya.
Menangis, tertawa, sedih dan bahagia tak berbeda baginya, karena ia
lebih mementingkan apa yang dirasa si kecil di perutnya.
Seringkali ia bertanya : menangiskah ia? Tertawakah ia? Sedihkah
atau bahagiakah ia di dalam sana?
Bahkan ketika waktunya tiba, tak ada yang mampu menandingi cinta
yang pernah diberikannya, ketika itu mati pun akan dipertaruhkannya
asalkan generasi penerusnya itu bisa terlahir ke dunia.
Rasa sakit pun sirna, ketika mendengar tangisan pertama si buah hati,
tak peduli darah dan keringat yang terus bercucuran.
Detik itu, sebuah episode cinta baru saja berputar.

Tak ada yang lebih membanggakan untuk diperbincangkan selain anak.
Tak satu pun tema yang paling menarik untuk didiskusikan bersama
rekan sekerja, teman sejawat, kerabat maupun keluarga, kecuali anak.
Si kecil baru saja berucap "Ma?" segera ia mengangkat telepon
untuk mengabarkan ke semua yang ada di daftar telepon.
Saat baru pertama berdiri, ia pun berteriak histeris, antara haru,
bangga dan sedikit takut si kecil terjatuh dan luka.

Hari pertama sekolah adalah saat pertama kali matanya menyaksikan
langkah
awal kesuksesannya. Meskipun disaat yang sama, pikirannya terus
menerawang dan bibirnya tak lepas berdoa, berharap sang suami tak
terhenti rezekinya.
Agar langkah kaki kecil itu pun tak terhenti di tengah jalan.

"Demi anak", "Untuk anak", menjadi alasan utama ketika ia berada di
pasar berbelanja keperluan si kecil.
Saat ia berada di pesta seorang kerabat atau keluarga dan
membungkus
beberapa potong makanan dalam tissue.
Ia selalu mengingat anaknya dalam setiap suapan nasinya, setiap
gigitan kuenya, setiap kali hendak berbelanja baju untuknya.
Tak jarang, ia urung membeli baju untuk dirinya sendiri dan
berganti mengambil baju untuk anak.
Padahal, baru kemarin sore ia membeli baju si kecil.
Meski pun, terkadang ia harus berhutang. Lagi-lagi atas satu alasan,
demi anak.

Di saat pusing pikirannya mengatur keuangan yang serba terbatas,
periksalah catatannya.
Di kertas kecil itu tertulis: 1. Beli susu anak; 2. Uang sekolah anak.
Nomor urut selanjutnya baru kebutuhan yang lain. Tapi jelas di
situ, kebutuhan anak senantiasa menjadi prioritasnya.
Bahkan, tak ada beras di rumah pun tak mengapa, asalkan susu si
kecil tetap terbeli.
Takkan dibiarkan si kecil menangis, apa pun akan dilakukan agar senyum
dan tawa riangnya tetap terdengar.

Ia menjadi guru yang tak pernah digaji, menjadi pembantu yang tak
pernah dibayar, menjadi pelayan yang sering terlupa dihargai, dan
menjadi babby sitter yang paling setia.
Sesekali ia menjelma menjadi puteri salju yang bernyanyi merdu
menunggu suntingan sang pangeran.
Keesokannya ia rela menjadi kuda yang meringkik, berlari mengejar
dan menghalau musuh agar tak mengganggu.
Atau ketika ia dengan lihainya menjadi seekor kelinci yang
melompat-lompat mengelilingi kebun, mencari wortel untuk makan
sehari-hari. Hanya tawa dan jerit lucu yang ingin didengarnya dari
kisah-kisah yang tak pernah absen didongengkannya.
Kantuk dan lelah tak lagi dihiraukan, walau harus menyamarkan
suara menguapnya dengan auman harimau. Atau berpura-pura si nenek sihir
terjatuh dan mati sekadar untuk bisa memejamkan mata barang
sedetik. Namun, si kecil belum juga terpejam dan memintanya
menceritakan dongeng ke sekian.
Dalam kantuknya, ia pun terus mendongeng.

Tak ada yang dilakukannya di setiap pagi sebelum menyiapkan
sarapan anak-anak yang akan berangkat ke kampus.
Tak satu pun yang paling ditunggu kepulangannya selain suami dan
anak-anak
tercinta. Serta merta kalimat, "sudah makan belum?" tak lupa
terlontar
saat baru saja memasuki rumah. Tak peduli meski si kecil yang dulu
kerapa ia timang dalam dekapannya itu, sekarang sudah menjadi orang
dewasa yang bisa saja membeli makan siangnya sendiri di kampus.

Hari ketika si anak yang telah dewasa itu mampu mengambil
keputusan
terpenting dalam hidupnya, untuk menentukan jalan hidup
bersama
pasangannya, siapa yang paling menangis? Siapa yang lebih dulu
menitikkan air mata? Lihatlah sudut matanya, telah menjadi samudera
air mata dalam sekejap. Langkah beratnya ikhlas mengantar buah hatinya
ke kursi pelaminan.
Ia menangis melihat anaknya tersenyum bahagia dibalut gaun pengantin.
Di saat itu, ia pun sadar, buah hati yang bertahun-tahun menjadi
kubangan curahan cintanya itu tak lagi hanya miliknya. Ada satu
hati lagi yang tertambat, yang dalam harapnya ia berlirih, "Masihkah
kau anakku?"

Saat senja tiba. Ketika keriput di tangan dan wajah mulai
berbicara tentang usianya. Ia pun sadar, bahwa sebentar lagi masanya
kan berakhir.
Hanya satu pinta yang sering terucap dari bibirnya, "Bila ibu
meninggal, ibu ingin anak-anak ibu yang memandikan. Ibu ingin
dimandikan sambil dipangku kalian".
Tak hanya itu, imam shalat jenazah pun ia meminta dari salah satu
anaknya.
"Agar tak percuma ibu mendidik kalian menjadi anak yang shalih &
shalihat sejak kecil," ujarnya.

Duhai ibu, semoga saya bisa menjawab pintamu itu kelak. Bagaimana
mungkin saya tak ingin memenuhi pinta itu? Sejak saya kecil ibu telah
mengajarkan arti cinta sebenarnya.
Ibulah madrasah cinta saya,
Ibulah sekolah yang hanya punya satu mata pelajaran, yaitu "cinta".
Sekolah yang hanya punya satu guru yaitu "pecinta".
Sekolah yang semua murid-muridnya diberi satu nama: "anakku tercinta".

**Bila Al Qur'an bisa bicara** !!!

"Bila Al Qur'an bisa bicara" !


Waktu engkau masih kanak-kanak, kau laksana kawan sejatiku
Dengan wudu' aku kau sentuh dalam keadaan suci
Aku kau pegang, kau junjung dan kau pelajari
Aku engkau baca dengan suara lirih ataupun keras setiap hari
Setelah usai engkaupun selalu menciumku mesra

Sekarang engkau telah dewasa...
Nampaknya kau sudah tak berminat lagi padaku...
Apakah aku bacaan usang yang tinggal sejarah...
Menurutmu barangkali aku bacaan yang tidak menambah pengetahuanmu
Atau menurutmu aku hanya untuk anak kecil yang belajar mengaji saja?

Sekarang aku engkau simpan rapi sekali hingga kadang engkau lupa dimana menyimpannya
Aku sudah engkau anggap hanya sebagai perhiasan rumahmu
Kadangkala aku dijadikan mas kawin agar engkau dianggap bertaqwa
Atau aku kau buat penangkal untuk menakuti hantu dan syetan
Kini aku lebih banyak tersingkir, dibiarkan dalam kesendirian dalam kesepian
Di atas lemari, di dalam laci, aku engkau pendamkan.

Dulu...pagi-pagi...surah-surah yang ada padaku engkau baca beberapa halaman
Sore harinya aku kau baca beramai-ramai bersama temanmu di surau.....

Sekarang... pagi-pagi sambil minum kopi...engkau baca Koran pagi atau nonton berita TV
Waktu senggang..engkau sempatkan membaca buku karangan manusia
Sedangkan aku yang berisi ayat-ayat yang datang dari Allah Yang Maha Perkasa.
Engkau campakkan, engkau abaikan dan engkau lupakan...

Waktu berangkat kerjapun kadang engkau lupa baca pembuka surahku (Basmalah)
Diperjalanan engkau lebih asyik menikmati musik duniawi
Tidak ada kaset yang berisi ayat Allah yang terdapat padaku di laci mobilmu
Sepanjang perjalanan radiomu selalu tertuju ke stasiun radio favoritmu
Aku tahu kalau itu bukan Stasiun Radio yang senantiasa melantunkan ayatku

Di meja kerjamu tidak ada aku untuk kau baca sebelum kau mulai kerja
Di Komputermu pun kau putar musik favoritmu
Jarang sekali engkau putar ayat-ayatku melantun
E-mail temanmu yang ada ayat-ayatkupun kadang kau abaikan
Engkau terlalu sibuk dengan urusan duniamu


Benarlah dugaanku bahwa engkau kini sudah benar-benar melupakanku
Bila malam tiba engkau tahan nongkrong berjam-jam di depan TV
Menonton pertandingan sepak bola piala dunia , musik atau Film dan Sinetron laga
Di depan komputer berjam-jam engkau betah duduk
Hanya sekedar membaca berita murahan dan gambar sampah

Waktupun cepat berlalu...aku menjadi semakin kusam dalam lemari
Mengumpul debu dilapisi abu dan mungkin dimakan kutu
Seingatku hanya awal Ramadhan engkau membacaku kembali
Itupun hanya beberapa lembar dariku
Dengan suara dan lafadz yang tidak semerdu dulu
Engkaupun kini terbata-bata dan kurang lancar lagi setiap membacaku.

Apakah Koran, TV, radio , komputer, dapat memberimu pertolongan ? Bila
engkau di kubur sendirian menunggu sampai kiamat tiba Engkau akan
diperiksa oleh para malaikat suruhanNya
Hanya dengan ayat-ayat Allah yang ada padaku engkau dapat selamat melaluinya.

Sekarang engkau begitu enteng membuang waktumu...
Setiap saat berlalu...kuranglah jatah umurmu...
Dan akhirnya kubur sentiasa menunggu kedatanganmu..
Engkau bisa kembali kepada Tuhanmu sewaktu-waktu
Apabila malaikat maut mengetuk pintu rumahmu.

Bila aku engkau baca selalu dan engkau hayati...
Di kuburmu nanti....
Aku akan datang sebagai pemuda gagah nan tampan
Yang akan membantu engkau membela diri
Bukan koran yang engkau baca yang akan membantumu Dari perjalanan di alam akhirat
Tapi Akulah "Qur'an" kitab sucimu
Yang senantiasa setia menemani dan melindungimu

Peganglah aku lagi . .. bacalah kembali aku setiap hari
Karena ayat-ayat yang ada padaku adalah ayat suci
Yang berasal dari Allah, Tuhan Yang Maha Mengetahui
Yang disampaikan oleh Jibril kepada Muhammad Rasulullah.

Keluarkanlah segera aku dari lemari atau lacimu...
Jangan lupa bawa kaset yang ada ayatku dalam laci mobilmu
Letakkan aku selalu di depan meja kerjamu
Agar engkau senantiasa mengingat Tuhanmu




Sentuhilah aku kembali...
Baca dan pelajari lagi aku....
Setiap datangnya pagi dan sore hari
Seperti dulu....dulu sekali...
Waktu engkau masih kecil , lugu dan polos...
Di surau kecil kampungmu yang damai
Jangan aku engkau biarkan sendiri....
Dalam bisu dan sepi....
Mahabenar Allah, yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.

"Debat Abu Hanifah Dengan Ilmuwan Kafir"

*Debat Abu Hanifah Dengan Ilmuwan Kafir"
Pada Zaman Imam Abu Hanifah hiduplah seorang ilmuwan besar, atheis dari kalangan bangsa Romawi. Pada suatu hari, Ilmuwan Atheis tersebut berniat untuk mengadu kemampuan berfikir dan keluasan ilmu dengan ulama-ulama Islam. Dia hendak menjatuhkan ulama Islam dengan beradu argumentasi. Setelah melihat sudah banyak manusia yang berkumpul di dalam masjid, orang kafir itu naik ke atas mimbar. Dia menantang siapa saja yang mau berdebat dengannya.
Dan diantara shaf-shaf masjid bangunlah seorang laki-laki muda, dialah Abu Hanifah dan ketika sudah berada dekat di depan mimbar, dia berkata : “Inilah saya, hendak bertukar fikiran dengan tuan”. Mata Abu Hanifah berusaha untuk menguasai suasana, namun dia tetap merendahkan diri karena usianya yang masih muda. Abu Hanifah berkata, “sekarang apa yang akan kita perdebatkan! “.
Ilmuwan kafir itu heran akan keberanian Abu Hanifah, dia lalu memulai pertanyaannya :
Atheis : Pada tahun berapakah Tuhan-mu dilahirkan?
Abu Hanifah : Allah berfirman “Dia (Allah) tidak dilahirkan dan tidak pula melahirkan”.
Atheis : Masuk akalkah bila dikatakan bahwa Allah adalah yang pertama dan tidak ada sesuatu sebelum-Nya? , pada tahun berapa Dia ada?
Abu Hanifah : Dia (Allah) ada sebelum adanya sesuatu.
Atheis : Kami mohon diberikan contoh yang lebih jelas dari kenyataan!
Abu Hanifah : Tahukah tuan tentang perhitungan?
Atheis : Ya.
Abu Hanifah : Angka berapa sebelum angka satu?
Atheis : Tidak ada angka (nol).
Abu Hanifah : Kalau sebelum angka satu tidak ada angka lain yang mendahuluinya, kenapa tuan heran kalau sebelum Allah Yang Maha satu yang hakiki tidak ada yang mendahului-Nya?
Atheis : Dimanakah Tuhan-mu berada sekarang?, sesuatu yang ada pasti ada tempatnya.
Abu Hanifah : Tahukah tuan bagaimana bentuk susu?, apakah di dalam susu itu keju?
Atheis : Ya, sudah tentu.
Abu Hanifah : Tolong perlihatkan kepadaku di mana, di bagian mana tempatnya keju itu sekarang?
Atheis : Tak ada tempat yang khusus. Keju itu menyeluruh meliputi dan bercampur dengan susu di seluruh bagian.
Abu Hanifah : Kalau keju makhluk itu tidak ada tempat khusus dalam susu tersebut, apakah layak tuan meminta kepadaku untuk menetapkan tempat Allah Ta’ala?, Dia tidak bertempat dan tidak ditempatkan!
Atheis :Tunjukkan kepada kami zat Tuhan-mu, apakah ia benda padat seperti besi, atau benda cair seperti air, atau menguap seperti gas?
Abu Hanifah : Pernahkan tuan mendampingi orang sakit yang akan meninggal?
Atheis :Ya, pernah.
Abu Hanifah : Sebelum ia meninggal, sebelumnya dia bisa berbicara dengan tuan dan menggerak-gerakan anggota tubuhnya. Lalu tiba-tiba diam tak bergerak, apa yang menimbulkan perubahan itu?
Atheis : Karena rohnya telah meninggalkan tubuhnya.
Abu Hanifah : Apakah waktu keluarnya roh itu tuan masih ada disana?
Atheis : Ya, masih ada.
Abu Hanifah: Ceritakanlah kepadaku, apakah rohnya itu benda padat seperti besi, atau cair seperti air atau menguap seperti gas?
Atheis : Entahlah, kami tidak tahu.
Abu Hanifah : Kalau tuan tidak boleh mengetahui bagaimana zat maupun bentuk roh yang hanya sebuah makhluk, bagaimana tuan boleh memaksaku untuk mengutarakan zat Allah Ta’ala?!!
Atheis : Ke arah manakah Allah sekarang menghadapkan wajahnya? Sebab segala sesuatu pasti mempunyai arah?
Abu Hanifah : Jika tuan menyalakan lampu di dalam gelap malam, ke arah manakah sinar lampu itu menghadap?
Atheis : Sinarnya menghadap ke seluruh arah dan penjuru.
Abu Hanifah : Kalau demikian halnya dengan lampu yang cuma buatan itu, bagaimana dengan Allah Ta’ala Pencipta langit dan bumi, sebab Dia nur cahaya langit dan bumi.
Atheis : Kalau ada orang masuk ke syurga itu ada awalnya, kenapa tidak ada akhirnya? Kenapa di syurga kekal selamanya?
Abu Hanifah : Perhitungan angka pun ada awalnya tetapi tidak ada akhirnya.
Atheis : Bagaimana kita boleh makan dan minum di syurga tanpa buang air kecil dan besar?
Abu Hanifah : Tuan sudah mempraktekkanya ketika tuan ada di perut ibu tuan. Hidup dan makan minum selama sembilan bulan, akan tetapi tidak pernah buang air kecil dan besar disana. Baru kita melakukan dua hajat tersebut setelah keluar beberapa saat ke dunia.
Atheis : Bagaimana kebaikan syurga akan bertambah dan tidak akan habis-habisnya jika dinafkahkan?
Abu Hanifah : Allah juga menciptakan sesuatu di dunia, yang bila dinafkahkan malah bertambah banyak, seperti ilmu. Semakin diberikan (disebarkan) ilmu kita semakin berkembang (bertambah) dan tidak berkurang.
“Ya! kalau segala sesuatu sudah ditakdirkan sebelum diciptakan, apa yang sedang Allah kerjakan sekarang?” tanya Atheis.
“Tuan menjawab pertanyaan-pertanya an saya dari atas mimbar, sedangkan saya menjawabnya dari atas lantai. Maka untuk menjawab pertanyaan tuan, saya mohon tuan turun dari atas mimbar dan saya akan menjawabnya di tempat tuan”, pinta Abu Hanifah.
Ilmuwan kafir itu turun dari mimbarnya, dan Abu Hanifah naik di atas.
“Baiklah, sekarang saya akan menjawab pertanyaan tuan. Tuan bertanya apa pekerjaan Allah sekarang?”.
Ilmuwan kafir mengangguk.
“Ada pekerjaan-Nya yang dijelaskan dan ada pula yang tidak dijelaskan. Pekerjaan-Nya sekarang ialah bahwa apabila di atas mimbar sedang berdiri seorang kafir yang tidak hak seperti tuan, Dia akan menurunkannya seperti sekarang, sedangkan apabila ada seorang mukmin di lantai yang berhak, dengan segera itu pula Dia akan mengangkatnya ke atas mimbar, demikian pekerjaan Allah setiap waktu”.
Para hadirin puas dengan jawapan yang diberikan oleh Abu Hanifah dan begitu pula dengan ilmuwan besar atheis tersebut dia mengakui kecerdikan dan keluasan ilmu yang dimiliki Abu Hanifah.

PENCARIAN DIRI AKAN MAKNA HIDUP UNTUK MERAIH KESUKSESAN DUNIA DAN AKHIRAT

PENCARIAN DIRI AKAN MAKNA HIDUP
UNTUK MERAIH KESUKSESAN DUNIA DAN AKHIRAT



Dibalik munculnya blog ini, Sesungguhnya membentang perjalanan panjang dan berliku, Sesuatu yang mengubah perjalanan dan kiprah hidup saya, semua yang saya tuangkan diblog ini sesungguhnya bermula dari sebuah pencarian.

Saya yakin, tidak hanya saya yang mengalami pencarian itu pada dasarnya, Setiap anak manusia mengalami apa yang saya rasakan, yaitu keresahan dalam sebuah pencarian makna hidup.

Saya mengalami sebuah proses yang sangat panjang, hingga merasa tersiksa dengan pencarian akan diri saya sendiri. Itulah penyebabnya mengapa saya ingin berbagi dengan orang – orang yang mengalami nasib seperti saya, sebuah krisis dalam pencarian. Akan makna hidup dan ingin meraih kesuksesan di dunia dan akhirat .
Banyak orang tidak paham untuk apa ia hidup didunia ini, sehingga kehidupannya bebas tanpa batas seperti yang kita lihat dalam masyarakat Barat atau dinegara kita sendiri. Mereka biasa berhubungan seksual tanpa melewati pernikahan, mengambil harta yang bukan haknya, membunuh, menipu, merampok, berpakaian telanjang, makan dan minum yang haram.
Orang-orang seperti diatas disebut tidak memahami arti hidup. Bagaimana seseorang mampu memahami arti hidup?, maka ia harus mampu memecahkan tiga persoalan mendasar berikut:
Dari mana saya berasal?
Untuk apa saya hidup didunia ini?
Kemana saya setelah mati?
Darimana saya berasal?

Ini merupakan pertanyaan yang wajar dan sesuai dengan fitrah manusia, bahkan seorang anak kecil-pun akan bertanya dari mana ia sebelum dilahirkan dan paling-paling ibunya menjawab bahwa ia berasal dari perut ibunya. Tetapi kita sebagai manusia dewasa yang berakal tentu tidak akan puas dengan jawaban dari perut ibu kita, untuk itu Sang Maha Pencipta telah memberikan informasi tentang keberadaan kita melalui wahyu-Nya yang tercantum dalam Al-Quran.
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik (Al-Mukminun 12-14).
(Dialah Tuhan) yang memulai penciptaan manusia dari tanah, kemudian Dia menjadikan keturunannya dari sari air yang hina (mani) (As-Sajdah 7).
Dan banyak ayat dan hadist lain yang menjelaskan bahwa Allah swt yang menciptakan kita, perkawinan, kehamilan dan kelahiran merupakan perantara saja dari proses penciptaan manusia oleh Allah swt.
Untuk apa saya hidup didunia ini?

Allah swt secara tegas menyatakan bahwa Ia menciptakan kita semata-mata untuk menyembah-Nya, artinya menjalankan semua perintah-Nya dan meninggalkan semua larangan-Nya.
Aku ciptakan jin dan manusia hanya untuk menyembah-Ku (Adz-Dzaariyat 56).
Seorang manusia pada saat mencapai baligh, maka semua hukum syara’ (syari’at Islam) terbebani kepada dirinya (taklif). Ia harus tahu perintah yang harus dilakukan dan larangan yang harus ditinggalkan. Setiap gerak langkahnya harus diukur dari kacamata syari’at, dia wajib menjalankan ibadah shalat, puasa, zakat dan haji, kewajiban sebagai suami dan istri, kewajiban menutup aurat, makanan yang halal, menghindari mengambil yang bukan haknya (suap, komisi, dan lain-lain.), tidak mengambil riba, kewajiban da’wah, jihad, dan lain-lain.
Mereka bisa saja mengaku beragama Islam tetapi tidak menjalankan perintah agama, bahkan ibadah ritual seperti: shalat, puasa, zakat dan haji-pun tidak dilakukan. Padahal Islam tidak sebatas ibadah ritual semata, Islam mengatur seluruh sisi kehidupan kita, seperti: sistem sosial (mu’amalah), ekonomi (iqtishadi), politik (siyasah), peradilan dan sanksi (‘uqubat), dan lain-lain.
Syari’at Islam melalui Al-Quran dan sunnah tidak akan melewatkan satu hal-pun dalam mengatur kehidupan manusia, karena aturan tersebut datang dari Sang Maha Pencipta yang tahu persis kebutuhan manusia dari dulu, sekarang dan akan datang.
Pada hari ini telah Aku sempurnakan untuk kalian agama kalian, telah Aku cukupkan atas kalian nikmat-Ku, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agama bagi kalian (Al-Maidah 3).
Mereka yang memahami arti hidup maka setiap gerak langkahnya dalam mengarungi kehidupan selalu mengacu kepada syari’at, ia akan selalu berhati-hati dalam berbuat, lebih baik menunda sejenak dalam berbuat sebelum ia tahu persis apakah hal tersebut halal atau haram. Inilah manusia yang bertaqwa dan akan selamat dalam menempuh kehidupan dunia serta beruntung diakhirat nanti.
Orang-orang yang mengabaikan syari’at Allah swt, merekalah orang yang merugi karena mereka telah mengorbankan kehidupan akhirat yang abadi dengan mengutamakan kehidupan dunia yang sementara. Rasulullah saw menganalogikan kehidupan dunia “Bagaikan berteduh sejenak dibawah pohon (dunia) dalam menempuh perjalanan panjang yang abadi (akhirat)”. Kehidupan dunia bagaikan senda gurau belaka yang menyilaukan dan seharusnya akhiratlah tujuan utama kita.
Hai orang-orang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi (Al-Munafiqun 9).
Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda-gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidakkah kamu memahaminya? (Al-An’am 32).
Adapun orang yang melampui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggalnya. Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya syurgalah tempat tinggalnya (An-Nazi’at 37-41).
Kemana saya setelah mati?

Setiap jiwa pasti mati dan jika sudah tiba saatnya (ajal) tidak akan dimajukan atau dimundurkan sedetik-pun, saat inilah sudah terlambat untuk bertaubat.
Dan bagi setiap umat ada ajalnya. Apabila ajal itu sudah datang tidak dapat mereka meminta diundurkan atau dimajukan sesaat juapun (Al-A’raf 34).
Dia berkata: “Alangkah baiknya sekiranya aku beramal dahulu untuk hidupku ini” (Al-Fajr 24).
Ketika kita dibangkitkan diakhirat nanti, semua yang kita lakukan didunia akan dihisab satu persatu, tidak terkecuali, dosa kecil maupun besar, pahala kecil maupun besar. Keputusannya hanya dua syurga atau neraka.


Tiap-tiap jiwa akan dimintai pertanggung jawaban atas perbuatannya (Al-Mudatsir 38).
Dan mereka berkata: “Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu), tentu kami tidak termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala ini” (Al-Mulk 10).
Akhirul kalam, jika kita memahami arti hidup maka kita harus mengutamakan kehidupan akhirat karena dunia ini persinggahan sementara dari perjalanan panjang kehidupan kita. Kehidupan dunia harus digunakan untuk menyiapkan bekal sebanyak mungkin untuk kehidupan abadi diakhirat nanti.
Tiada arti sebuah kesuksesan dalam pencapaian duniawi jika diri tidak mengenal dzat yang maha memberi dan berkuasa. Seorang alim pernah berkata bahwa arti sukses sebenarnya adalah dapat mengenal Allah SWT dan Rasul-Nya SAW. Pencapaian dalam hal harta, jabatan, nama besar sama sekali bukanlah apa-apa jika tersematkan bagi diri yang tak mengenal dzat yang telah menciptakannya.
Jika diri tidak mengenal tuhannya, maka segala pencapaian itu akan semakin menjauhkan pelakunya dari rasa hamba dan beranggapan segala usaha pencapaiannya merupakan murni hasil jerih payahnya. Tiada berguna segala gelar keberhasilan jika semakin membuat diri menjadi tinggi hati, merasa lebih pintar, lebih baik sehingga hilang rasa kehambaan terhadap Allah SWT. Lupa, jika semua atas karunia Allah SWT.
Setiap amal ibadahpun sesungguhnya harus ditujukan semata-mata agar Allah ridho, bukan jadi alat ukur ketaqwaan seseorang. Betapa masih banyak kita jumpai, seseorang dengan amal ibadah yang banyak, namun dalam akhlak jauh dari akhlak seorang hamba. Sombong, takabur, sum’ah (ingin terkenal) malah menghiasi pribadi dan tindakannya dalam keseharian.
Terlepas dari arti kesuksesan pada umumnya, maka arti sukses yang hakiki adalah mampunya seseorang memimpin dirinya agar dapat mengenal Allah SWT sehingga tumbuh dalam diri sebuah rasa dan jiwa seorang hamba, ada rasa rindu dan usaha untuk senantiasa tunduk dengan segala aturan-Nya, untuk senantiasa menjadikan Rasulullah SAW sebagai suri teladan hidupnya.
Semoga Allah SWT menjadikan kita sebagai pribadi-pribadi yang memiliki rasa kehambaan, dalam menjalani setiap aktifitas kehidupan, dengan masing-masing peran yang sedang kita jalani.

Wallahua’lam,….

Rabu, 07 Juli 2010

"Renungan Kehidupan"

**Renungan Kehidupan**

Setelah sholat malam…, ditengah keheningan malam…coba diri ini merenung…tentang :
1.Kepala kita! Apakah ia sudah kita tundukkan, rukukkan dan sujudkan dengan segenap kepasrahan seorang hamba yang tiada daya di hadapan Allah Yang Maha Perkasa, atau ia tetap tengadah dengan segenap keangkuhan, kecongkakan dan kesombongan seorang manusia?
2. Mata kita! Apakah ia sudah kita gunakan untuk menatap keindahan dan keagungan ciptaan-ciptaan Allah Yang Maha Kuasa, atau kita gunakan untuk melihat segala pemandangan dan kemaksiatan yang dilarang?
3. Telinga Kita! Apakah ia sudah kita gunakan untuk mendengarkan suara adzan, bacaan Al Qur’an, seruan kebaikan, atau kita gunakan utk mendengarkan suara-suara yang sia-sia tiada bermakna?
4. Hidung Kita! Apakah sudah kita gunakan untuk mencium sajadah yang terhampar di tempat sholat, mencium anak-anak tercinta serta mencium kepala anak-anak yatim piatu yang sangat kehilangan kedua orangtuanya dan sangat mendambakan cinta bunda dan ayahnya?
5. Mulut kita! Apakah sudah kita gunakan untuk mengatakan kebenaran dan kebaikan, nasehat-nasehat bermanfaat serta kata-kata bermakna atau kita gunakan untuk mengatakan kata-kata tak berguna dan berbisa, mengeluarkan tahafaul lisan alias penyakit lisan seperti: bergibah, memfitnah, mengadu domba, berdusta bahkan menyakiti hati sesama?
6. Tangan Kita! Apakah sudah kita gunakan utk bersedekah kepada dhuafa, membantu sesama yang kena musibah, membantu sesama yang butuh bantuan, mencipta karya yang berguna bagi ummat atau kita gunakan untuk mencuri, korupsi, menzalimi orang lain serta merampas hak-hak serta harta orang yang tak berdaya?


7. Kaki Kita! Apakah sudah kita gunakan untuk melangkah ke tempat ibadah, ke tempat menuntut ilmu bermanfaat, ke tempat-tempat pengajian yang kian mendekatkan perasaan kepada Allah Yang Maha Penyayang atau kita gunakan untuk melangkah ke tempat maksiat dan kejahatan?
8. Dada Kita! Apakah didalamnya tersimpan perasaan yang lapang, sabar, tawakal dan keikhlasan serta perasaan selalu bersyukur kepada Allah Yang Maha Bijaksana, atau di dalamnya tertanam ladang jiwa yang tumbuh subur daun-daun takabur, biji-biji bakhil, benih iri hati dan dengki serta pepohonan berbuah riya?
9. Perut kita! Apakah didalamnya diisi oleh makanan halal dan makanan yang diperoleh dengan cara yang halal sehingga semua terasa nikmat dan barokah. Atau didalamnya diisi oleh makanan yang diperoleh dengan cara yang tidak halal, dengan segala ketamakan dan kerakusan kita?
10. Diri kita! Apakah kita sering tafakur, tadabur, dan selalu bersyukur atas karunia yang kita terima dari Allah Yang Maha Perkasa

"Puisi Cinta Untuk Istriku"....

PUISI CINTA UNTUK ISTRIKU
Senyummu adalah bahagiaku
Ceriamu adalah dambaku
Gelisahmu adalah kebimbanganku
Air matamu adalah kesedihanku
Kau pelipur lara dukaku
Kau pengiring suka citaku
Bersama kita dalam hari-hari keberkahan
Ikatan ini berawal dari hati atas nama cinta
Jalinan ini bermula dari rasa atas nama sayang
Pertautan ini berasal dari angan atas nama rindu
Sungguh ini adalah cinta, sayang, dan rindu..
Cinta, sayang, dan rindu atas nama pengabdian kepada Rabbul Izzati
Malam ini bintang bersinar cinta, bulan tersenyum sayang, angin mendesir rindu
Wahai bintang, bulan dan angin
Sampaikanlah salam cinta, sayang, dan rinduku kepadanya
“Sungguh Aku Sangat mencintaimu karena Allah”

"Untuk istriku TerSayang"......

UNTUK ISTRIKU …..
Pada Jiwa yang telah mensucikan jiwaku
Pada bidadari yang telah melahirkan inspirasiku
Aku persembahkan lukisan kata yang lahir dari nyanyian jiwa.
Semoga senyuman selalu mewarnai wajah jelita
…………….
Seperti waktu yang terus berdetak
berjalan tanpa pernah mengulang.
Atau seperti ombak yang tiada lelah memeluk pantai indahnya?Seperti itulah kerinduanku, berhembus bersama bunga lembayung yang kian mewangi di sanubari.

Istriku …
Janganlah Menangis, karna butiran air matamu adalah permata indah yang penuh makna.
Istriku….
Tersenyumlah kau malam ini, karna senyumanmu adalah perlambang masa depanku.
Ketahuilah Istriku, disaat engkau menangis atau tersenyum tiada sesuatu yang tercela dari dirimu.
ENGKAULAH BIDADARI YANG SEMPURNA

"Sebuah renungan Kecil"

Sebuah Renungan Kecil

Di pagi hari yang cerah ini, mungkin diawali dengan sebuah renungan kecil yang semoga bisa menginspirasi.
Kawan, kita semua memiliki jatah waktu yang sama, apakah kita sudah menyediakan dan membagi waktu kita? Coba renungkan sejenak… Awali dengan bismillahirrahmanirrahim, berarti Anda telah melaksanakan sebuah kegiatan yang baik atas nama Yang Maha Esa.
Sediakan waktu untuk berpikir dengan awalan bismillah, agar selalu mendapat hikmah dan hasil yang terbaik.
Sediakan waktu untuk bermain dengan awalan bismillah, itulah rahasia keceriaan dan awet muda.
Sediakan waktu untuk membaca dengan awalan bismillah, itulah landasan hikmat, pengetahuan & kebijaksanaan yang bermanfaat.
Sediakan waktu untuk berteman dan bersahabat dengan awalan bismillah, itulah jalan menuju keharmonisan abadi.
Sediakan waktu untuk bermimpi dengan awalan bismillah, itulah yang membawa Anda dan mempermudah menggappai bintang.
Sediakan waktu untuk mencintai dan dicintai dengan awalan bismillah, itulah sumber kekerabatan dan relasi yang sejati.
Sediakan waktu untuk melihat sekeliling anda dengan awalan bismillah, hari anda terlalu singkat untuk mementingkan diri sendiri, berkontribusilah untuk orang lain.
Sediakan waktu untuk bekerja dengan awalan bismillah, itulah sumber kebahagiaan.
Sediakan waktu untuk tersenyum dan tertawa, itulah musik jiwa.
Sediakan waktu selalu untuk Allah, sehingga setelah meninggal menemukan tempat terbaik untuk bersanding di sisiNya.
Salam Sukses! Jadikan Hari ini hari yang penuh makna!

*3 Pertanyaan*

3 Pertanyaan

Teringat pada kosri agama di masjid Al-Arif.
Ada seorang pemuda yang mencari seorang guru agama, pemuka agama atau siapapun yang bisa menjawab 3 pertanyaannya. Akhirnya sang pemuda itu menemukan seorang bijaksana.
Pemuda : Anda siapa? Bisakah menjawab pertanyaan-pertanyaan saya?
Bijaksana : Saya hamba Allah dan dengan izin-Nya saya akan menjawab pertanyaan anda.
P : Anda yakin? Sedang profesor dan banyak orang pintar saja tidak mampu menjawab pertanyaan saya.
B : Saya akan mencoba sejauh kemampuan saya.
P : Saya punya 3 buah pertanyaan.
1. Kalau memang Tuhan itu ada, tunjukkan wujud Tuhan kepada saya.
2. Apakah yang dinamakan takdir?
3. Kalau setan diciptakan dari api kenapa dimasukkan ke neraka yang terbuat dari api, tentu tidak menyakitkan buat setan, sebab mereka memiliki unsur yang sama. Apakah Tuhan tidak pernah berfikir sejauh itu?
Tiba-tiba sang orang bijaksana tersebut menampar pipi si pemuda dengan keras.
P (sambil menahan sakit) : Kenapa anda marah kepada saya?
B : Saya tidak marah… Tamparan itu adalah jawaban saya atas 3 buah pertanyaan yang Anda ajukan.
P : Saya sungguh-sungguh tidak mengerti.
B : Bagaimana rasanya tamparan saya?
P : Tentu saja saya merasa sakit.
B : Jadi anda percaya bahwa sakit itu ada?
P : Ya.
B : Tunjukkan pada saya wujud sakit itu!
P : Saya tidak bisa.
B : Itulah jawaban pertanyaan pertama. Kita semua merasakan keberadaan Tuhan tanpa mampu melihat wujudNya
B : Apakah tadi malam Anda bermimpi akan ditampar oleh saya?
P : Tidak.
B : Apakah pernah terpikir oleh Anda akan menerima sebuah tamparan dari saya hari ini?
P : Tidak.
B : Itulah yang dinamakan Takdir.
B : Terbuat dari apa tangan yang saya gunakan untuk menampar anda?
P : Kulit.
B : Terbuat dari apa pipi anda?
P : Kulit.
B : Bagaimana rasanya tamparan saya?
P : Sakit
B : Walaupun setan dan neraka sama terbuat dari api, neraka tetap menjadi tempat menyakitkan untuk setan.

*Kehidupan Yang Berarti*

Kehidupan Yang Berarti

Berapa umur anda saat ini?
20 tahun, 30tahun, 40tahun atau bahkan 50 tahun…
Berapa lama anda telah melalui kehidupan anda?
Berapa lama lagi sisa waktu anda untuk menjalani kehidupan?
Tidak ada seorang pun yang tahu kapan kita mengakhiri hidup ini.
Sebagai manusia jelas kita memiliki perbedaan dalam menjalankan kehidupan. Kehidupan bukanlah sekedar rutinitas.
Kehidupan adalah kesempatan untuk kita mencurahkan potensi diri kita untuk orang lain.
Kehidupan adalah kesempatan untuk kita berbagi suka dan duka dengan orang yang kita sayangi.
Kehidupan adalah kesempatan untuk kita bisa mengenal orang lain.
Kehidupan adalah kesempatan untuk kita membantu kepada sesama.
Kehidupan adalah kesempatan untuk kita mencintai pasangan kita, orang tua kita, saudara, serta mengasihi sesama kita.
Kehidupan adalah kesempatan untuk kita belajar dan terus belajar tentang arti kehidupan.
Kehidupan adalah kesempatan untuk kita selalu mengucap syukur kepada Allah Yang Maha Kuasa .. Kehidupan adalah … dll.
Begitu banyak Kehidupan yang bisa kita jalani.
Berapa tahun anda telah melalui kehidupan anda ?
Berapa tahun anda telah menjalani kehidupan rutinitas anda ?
Pandanglah di sekeliling kita…ada segelintir orang yang membutuhkan kita. Mereka menanti kehadiran kita. Mereka menanti dukungan kita. Orang tua, saudara, pasangan, anak, sahabat dan sesamanya
Bersyukurlah pada-NYA setiap saat bahwa kita masih dipercayakan untuk menjalani kehidupan ini. Buatlah hidup ini menjadi suatu ibadah.
Selamat menjalani hidup yang lebih berkualitas.

meluruskan pandangan hidup

**MELURUSKAN PANDANGAN HIDUP**

“Adapun orang yang durhaka, lagi mengutamakan kehidupan dunia.

Maka neraka jahanamlah tempat tinggalnya. Sedangkan orang yang takut akan kebesaran Rabbnya lagi menahan diri dari hawa nafsunya maka syurgalah tempat tinggalnya”.

(Qs. An-Naziat [79] : 37-38).
Ashtaghfirullah hal ‘adzim, Inilah sebuah kalimat yang tepat untuk mengungkapkan realitas yang ada saat ini. Kita saksikan, sedikit sekali orang kaya yang bersyukur dan orang miskin yang sabar. Ibnul Qoyyim Al-jauziyah mengungkapkan, ada dua kelompok manusia, pertama : mereka yang dikalahkan, dikuasai dan dihancurkan oleh hawa nafsunya. Ia benar-benar tunduk di bawah kendali nafsunya. Kedua : orang yang berhasil memenangkan pertarungan melawannya dan nafsupun tunduk di bawah perintahnya. Memohonlah kepada Allah agar kita dijadikan kelompok yang kedua sebab bukan saja akan mendapatkan keselamatan di dunia, di akheratpun kita akan mendapatkan balasan syurga.
Sahabat…, hidup akan semakin bermakna apabila kita menyadari secara hakiki bahwa dunia tempat kita berpijak ini adalah amanah Allah yang harus dimanfaatkan sebesar-besarnya demi kepentingan akherat. Agar kita tidak tertipu oleh dunia dan bujukan hawa nafsu. Sangat baik jika kita sebagai hamba Allah yang masih diberikan sepercik cahaya jiwa untuk membasuh dinding qalbu kita agar cemerlang diterangi oleh cahaya ilahi. Hidup semakin diberkahi apabila segala kemudharatan dapat kita jauhi. Semakin kita sadar akan hakikat hidup di dunia ini niscaya kita akan semakin tepat dalam menyikapinya sehingga kita menemukan makna hidup. Sebaliknya, semakin mengambang kesadaran kita akan hakikat hidup, maka akan semakin tidak tepat dalam menyikapinya, sehingga hidup tidak membawa makna tapi justru membawa sengsara.
Ketahuilah sahabat, kehidupan yang bermakna bukanlah diukur dari seberapa lama kita hidup, tetapi makna hidup diukur dari berapa efektifkah kita mampu memanfaatkan hidup. Catatlah dalam hati kita, ada beberapa hal yang dapat diukur jika kita ingin menjadikan hidup penuh makna dan selalu menjadi orang yang berguna.
Sebagai seorang muslim yang meyakini bahwa hidup adalah ibadah maka akan tertanam di dalam jiwanya sebuah kesadaran yang dalam akan beberapa hal, diantaranya adalah :
• Tujuan hidup : Mencari ridho Allah swt.
• Fungsi hidup : Sebagai Khalifah Allah swt.
• Tugas hidup : Beribadah hanya kepada Allah swt.
• Alat hidup : Segala kenikmatan yang diberikan Allah swt.
• Teladan hidup : Nabi Muhammad rasulullah saw.
• Pedoman hidup : Al-Qur’an sebagai firman Allah swt.
• Kawan hidup : Orang yang berjuang karena Allah swt.
Orang yang memiliki kecerdasan ruhani dan kesadaran yang tinggi, akan menjadikan tolak ukur di atas sebagai pola kehidupannya. Baginya hidup ini adalah tidak lebih dari serangkaian kumpulan keputusan. Setiap kali mengambil keputusan berarti menetapkan sebuah pilihan yang terbaik. Dan pilihan yang terbaik adalah ketika kita mampu menemukan makna hidup. Maka hidup yang benar lahir dari sebuah pandangan yang benar tentang hidup. Seseorang yang memiliki pandangan yang benar tentang hidup selalu menyadari, bahwa umur atau usia yang dimilki pada hakekatnya merupakan kesementaraan. Pada akhirnya ia menyadari, bahwa satu saat akan menemukan batas akhir perjalanan, yaitu kematian. Karena sesungguhnya hidup hanyalah persinggahan sebentar dalam perjalanan panjang menuju keabadian.
**Allahumma, Ya Allah Engkaulah yang memiliki keutamaan dan karunia. Karuniakanlah kepada kami potensi kebaikan untuk selalu beramal, karunikanlah iman yang kuat untuk selalu melaksanakan taat. Jadikanlah ya Allah..kekufuran, kefasikan dan kemaksiatan itu kebencian bagi hati kami. Dan masukanlah kami kedalam hamba-hamba-Mu yang selalu bersyukur, teguhkanlah jiwa dan hati kami untuk selalu bersabar. Hanya karena Engkaulah kami hidup dan menikmati kehidupan.

memahami makna kehidupan

**Memahami Makna Kehidupan**

Pada dasarnya manusia lahir kedunia ini hanya untuk bersujud kepada Allah, Namun bukan berarti harus over time. Perlu kita ketahui bahwa kehidupan yang kita lalui saat ini adalah kunci kedepan, Akhiratlah sebagai finalnya. Firman Allah Ta’ala : Hidup di dunia ini. Tidak lain hanyalah suatu kesenangan dan permainan belaka. Sesungguhnya kampung akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya jika mereka mengetahuinya.

{Q.S. 29:64}

Kita dapat memahami secara jelas, Kehidupan kita di dunia ini hanyalah permainan, kesenangan, Bahkan bisa menjadi malapetaka bagi kita sendiri. Manusia umumnya hanya menjalani kehidupan ini apa adanya, tampa memahami maknanya. Apalagi jika sampai lalai dengan kilauan dunia, Maka kesesatanlah yang memicu kehidupan.

Apapun yang kita miliki di dunia ini, baik itu harta yang melimpah, jabatan yang tinggi belum tentu kita akan hidup tenang. Katakan saja anda kaya, Punya jabatan tinggi dan sebagainya, tetapi apakah kekayaan dan jabatan itu

bisa membahagiakan anda? Belum tentu, jika nafsu kita yang tidak pernah puas. Kecuali bila seseorang sadar dan merasa puas dengan apa yg telah dititipkan oleh Allah kepadanya, Barulah tergolong manusia yang bahagia. Bagaimanapun indah dan suksesnya meraih dunia ini, dia tidak akan bahagia. Manusia ada watak dasar, yaitu bosan, gelisah, atau selalu khawatir dan khawatir.

Kekayaan yang dimiliki oleh seseorang pada zaman sekarang ini tidaklah seberapa jika dibandingkan dengan kekayaan yang dimiliki oleh orang-orang pada zaman dahulu. Andaikan seluruh kekayaan orang-orang muslim di seluruh jagad ini, atau bahkan seluruh kekayaan yang ada di dunia ini dikumpulkan jadi satu, Tidak ada bandingnya dengan kekayannya Nabi sulaiman, belum lagi kekayaan Qorun pada zaman Nabi Musa. Jadi kekayan seseorang pada zaman sekarang belum sebanding dengan kekayaan umat pada masa lalu, terlebih lagi umat islam yang terkenal miskin jika dibandingkan dengan yahudi. Andaikan kebahagian terletak pada jabatan dan kekayaan, Tentu Fir’aun sudah bahagia dan tentu orang-orang amerika tidak ada yg stress. Menurut islam, kebahagiaan letaknya tidak pada jabatan dan kekayaan semata. Konsep islam secara menyeluruh mengenai kebahagiaan atau ketenangan ialah dengan cara merohanikan segala sesuatu yang berbentuk materi kepada Allah Ta’ala.

Disisi lain rasulullah berpesan dalam sabdanya : Ada empat yang menjadikan kebahagian bagi seseorang: Yang pertama adalah Memiliki istri yang salehah. Kedua, Memiliki anak-anak yang berbakti. Yang ketiga adalah mempunyai teman- teman yang baik, dan yang keempat adalah rezekinya berada di negeri sendiri.’’ (HR. Imam Ad Dailami).Dari hadist di atas dapat kita ambil pertimbangan, Sudahkah kita memiliki empat hal tersebut? Jika sudah berarti kita telah termasuk golongan orang yang beruntung dalam kehidupan ini. Semua yang kita miliki di dunia ini bersifat fana, namun apabila yang kita miliki tersalur pada jalan yang baik dan benar, maka kita akan mendapatkan ganjaran yang baik pula dari Allah S.W.T. Akan tetapi bila bertolak-belakang dari itu maka jangan heran jika kita akan mendapatkan ganjaran yang buruk. Kunci yang paling utama untuk menghindari diri kita dari laknat Allah ialah Ilmu dan hati. Dan ilmu yang dimaksud adalah ilmu pengetahuan dunia dan akhirat supaya kita bias memaksimalkan lajunya kehidupan ini, Sehingga hati selalu tepat membisikkan mana yang hal yang terbaik dan yang kekal untuk kita. Sadarilah bahwa kita manusia semakin bertambah usia maka semakin dekat pula dengan liang lahat, walau sehebat apapun kita, maut takkan pernah mundur walau selangkah pun. Tetapi mengapa kita sebagai manusia terkadang selalu lupa dan tidak insaf. Mengapa semakin tua usia kita semakin dekat pula dengan perbuatan maksiat. Hal ini disebabkan dari kurangnya pengetahuan kita tentang hal ukhrawi, Ada juga yang tau banyak akan hal itu tapi tanpa ada pengamalan, maka hal tersebut sama-sama memiliki hasil yang nihil. Selagi nyawa masih dikandung badan, marilah kita berusaha menjalani kehidupan ini dengan sebaik-baiknya. Mengerjakan amal untuk ukhrawi bukan berarti harus meninggalkan kepentingan dunia, Namun harus ada keseimbangan antara keduanya. Semoga kita tergolong hamba yang diberkahi di dunia dan mendapat kebahagiaan di akhirat nantinya, Amin ya rabbala ‘alamin. Allahu ‘alam.

Kata Mutiara

> Dua perkara yang tidak akan membuat seseorang merasa puas : Mencari ilmu dan mencari harta.

> Ilmu jauh lebih baik dari harta. Karena, ilmu akan menjagamu, sedangkan harta engkaulah yang menjadi penjaganya.

> Binasalah seseorang yang tidak tahu ukuran (siapa) dirinya.

>Siapa yang tahu jauhnya perjalanan (yang akan ditempuh), ia pasti akan bersiap-siap.